Curug Cilember adalah salah satu tempat wisata yang berada di Kabupaten Bogor. Sebagai pariwisata alam yang terus diminati oleh wisatawan lokal dan mancanegara, Curug Cilember juga menaruh perhatian terhadap penerapan standardisasi. Pandemi COVID-19 sempat mempengaruhi jumlah kunjungan secara drastis. Namun, seiring telah diraihnya sertifikat SNI ISO dan ditambah CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability), pengunjung Curug Cilember mulai menunjukkan adanya peningkatan.
Air Terjun Curug Cilember berlokasi di Jalan Raya Puncak Gadog, Cilember, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Untuk menuju tempat wisata ini, wisatawan dapat melalui 2 alternatif jalur. Dari Pasar Cisarua kemudian ada penujuk jalan menuju Curug Cilember. Alternatif lain melalui dekat rest area Cilember. Masing-masing alternatif jalur berjarak kurang lebih 5 -7 km hingga menuju lokasi.
Sampai saat ini, akses menuju Air Terjun Curug Cilember hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Adapun untuk kendaraan besar, maksimum seukuran mobil Elf. Tidak direkomendasikan bis ukuran besar. Sebab, bisa saja bis masuk ke jalur tersebut namun membutuhkan pengawalan agar lalu lintas tidak macet.
Air terjun curug cilember menawarkan pesona alam dan fasilitas buatan di dalamnya. Mereka yang sangat menyukai alam dan tantangannya, Curug Cilember menawarkan keindahan 7 curug dengan aneka flora di dalamnya seperti pohon pinus (pohon yang mendominasi di area curug cilember), damar, raksamala, dan kayu manis. Adapun fauna di dalamnya terdapat tupai, kadal, kupu-kupu, surili, lutung, musang, dan babi hutan.
Meskipun ada 7 curug, pengelola hanya membuka akses hingga curug 2. Curug 1 terlarang dimasukki pengunjung kecuali sebelumnya ada kerjasama misalnya untuk kepentingan penelitian. Curug 1 adalah sumber mata air. Maka demi kepentingan konservasi, Curug 1 tidak dibuka untuk umum. “Curug paling terbawah adalah curug 7. Jadi semakin ke atas, semakin menuju ke curug 1,” ujar Cluster Manager Curug Cilember Syakjidin Noor.
Jarak dari curug paling bawah hingga ke atas adalah sejauh 1,8 km. Jadi, dengan kondisi jalan menanjak, cukup lumayan menguras tenaga bagi wisatawan yang ingin mencapai hingga curug tertinggi. Namun itu tak jadi soal bagi wisatawan yang memang menyukai petualangan.
Selain alam, wisata ini juga menyajikan wisata buatan berupa permainan seperti ayunan, memanah, dan sepeda gantung. Juga tempat untuk menginap baik dengan tenda (camping ground), maupun rumah pondokan. Beberapa spot untuk selfie, juga disediakan pengelola.
Keindahan alam dan kesejukkannya itu menjadikan tempat wisata ini diminati wisatawan lokal seperti dari Cianjur, Bogor, dan Jakarta. Beberapa diantara pengunjung telah berkali-kali mengunjungi curug cilember. Selain lokal, wisatawan mancanegara terutama dari Timur Tengah sangat tertarik berkunjung ke tempat ini. Wisatawan dari Timur Tengah, kebanyakan yang menghabiskan liburan di area puncak Bogor, kemudian singgah ke wisata curug cilember.
Menurut Syakjidin, keberadaan air terjun curug cilember, sudah berlangsung lama. “Curug Cilember sudah ada sejak jaman dahulu, jaman raja-raja. Namun pengelolaan oleh Perhutani dimulai sejak tahun 1978,” jelasnya.
Curug Cilember ini, lanjut Syakjidin, semula dikelola oleh KPA (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Bogor. Setelah kurang lebih tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 dikelola KPA Bogor, Tahun 2000-an (2005/2006) dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri/KBM yang kala itu oleh KBM Agro Forestry, Ecotourism dan jasa lingkungan, yang sekarang dikelola oleh KBM Wisata.
Begitu lama sejarah dari curug cilember, namun satu hal yang masih menjadi tantangan sekarang adalah akses menuju lokasi yang lebar jalan hanya 3 s.d 5 meter dimana kiri kanan rumah penduduk. “Ini tantangan bagi kami selain di area wisatanya sendiri rawan longsor,”ujar Syakjidin.
Oleh sebab itu, pengelola merasa perlu menerapkan standardisasi karena dengan standardisasi, pengelola bisa meyakinkan kepada pengunjung bahwa berkunjung ke curug cilember, aman dan nyaman. Penerapan SNI ISO 9001 untuk kepuasan pelanggan dan mitigasi bencana diakui telah menjadikan pengelolaan curug dan kawasannya, hingga saat dapat berlangsung baik, nyaris tidak pernah ada accident. “Setiap ada potensi kecelakaan/bencana, kami segera bertindak agar kecelakaan/bencana itu tidak terjadi,”jelasnya.
Kelemahan dalam lebar akses jalan, juga tak menyurutkan wisatawan tetap ingin sampai ke curug cilember. “Susahnya akses di sini dan macet di Puncak Bogor terutama hari libur, menurut pengakuan beberapa pengunjung, akan “terbayarkan” ketika sudah sampai di sini kemudian mandi di curug 7,”tambah Staf Pemasaran Curug Cilember Albet Kadarusman.
Pasalnya, ada mitos (khususnya Sunda) mandi di curug cilember terutama malam Jumat kliwon pada bulan Muharram dan maulid bisa menambah umur panjang dan awet muda. Menurut mitos yang beredar curug 7 adalah tempat pemandian para putri dari kerajaan Siliwangi. Selain awet muda, mitos lainnya, mandi di curug cilember akan mudah mendapatkan jodoh/pendamping hidup, mengobati berbagai penyakit.
“Informasi tentang mitos tersebut kemudian tersebar dari mulut ke mulut. Alhasil, banyak pengunjung datang ke sini memang diniatkan untuk mandi, mereka kadang menunggu sejak sore untuk mandi di malam harinya terutama pada malam Jumat Kliwon dan bulan Muhharam dan Maulid,” terang Albert. Apalagi, airnya sangat segar mengingat curug cilember murni berasal langsung dari mata air, bukan dari sub-sub sungai, orang berduyun-duyun menikmati wisata alam ini.
Selain kepuasan bisa mandi di curug dengan berbagai mitosnya tersebut, pengunjung juga terpuaskan dengan adanya penangkaran kupu-kupu. Di sini terdapat sangkar raksasa yang di dalamnya banyak macam kupu-kupu. Bagi sebagian pengunjung, rumah kupu-kupu jarang ditemui di tempat wisata lain.
Oleh karenanya, potensi wisata yang menarik minat pengunjung untuk datang ke Curug Cilember, menjadikan pengelola merasakan manfaat yang besar dengan menerapkan SNI ISO Sistem Manajemen Mutu dan dalam kondisi pandemi COVID-19 ditambah dengan keberhasilan meraih sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwasata dan Ekonomi Kreatif.
“SNI cukup bagus meningkatkan kualitas obyek wisata, SDM dan pendapatan. Karena obyek wisata yang kualitasnya bagus, maka niat konsumen juga ingin mengunjungi obyek wisata tersebut,”ujar Albert.
Curug Cilember sendiri diketahui meraih SNI ISO 9001 pada tahun 2015/2016. Dengan SNI ISO 9001:2015, pengelola dapat meningkatkan kualitas, seluruh kendala harus ada perbaikan. Menurut Albert, kalau sudah berbicara layanan jasa, maka ketika ada kerusakan, harus langsung ada tindakan perbaikan, tidak perlu menunggu pengajuan, dan sebagainya.
Selain itu, manfaat menerapkan SNI ISO 9001 juga menjadikan pengelola semakin peka terhadap konsumen. “Apa keinginan konsumen kita harus segera mengupgrade. Konsumen tidak serta merta hari ini suka A, besok B. Jadi kita harus bisa mengikuti perkembangan konsumen,”terangnya.
Dengan SNI, maka akan terpacu untuk mencapai kualitas/nilai kelayakan tertentu, karena ada evaluasi yang terprogram dalam penerapan SNI tersebut.
Dengan adanya CHSE dan SNI ISO juga akan menambah kepercayaan kunjungan wisata yang akan berdampak pada pendapatan curug cilember dan akan bertambah pemberdayaan lokal di sini.
“Untuk mengelola wisata ini, kami melibatkan masyarakat lokal setempat untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti membuka warung, mengelola parkir, dan wisata buatan arena bermain. Selain itu, kami juga berkomunikasi denga kecamatan dan Muspika agar pengembangan wisata curug cilember dapat berlangsung dengan baik dan aman,”tambah Syakjidin.
Dengan adanya SNI dengan CHSE sangat membantu sekali terhadap prinsip dan faktor-faktor yang dipersyaratkan SNI, pengelola akan selalu fokus mengarah ke situ untuk menambah kepuasan pelanggan. Apalagi ada wisatawan mancanegara, maka pengelola membutuhkan sertifikasi yang bersifat internasional.
Pengelola merasa bahwa dengan adanya wisata ini bisa memberikan kontribusi bagi Kabupaten Bogor. Begitu pula sebaliknya, juga telah terjalin komunikasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor kepada pengelola untuk pengembangan wisata curug cilember.
“Kabupaten Bogor cukup mendorong untuk tempat wisata untuk melakukan sertifikasi CHSE. Promosi juga difasilitasi oleh Dinas Pariwiwsata Kabupaten Bogor melalui pameran,”terang Albert.
Bahkan, pemda juga memfasilitasi untuk pelatihan. Pameran bisa dilakukan 3 kali dalam setahun (sebelum pandemi, red). Ada yang di dalam kabupaten atau di luar kabupaten. Dan yang terakhir pelatihan untuk penerapan prokes di obyek wisata.
Selain itu, dari Badan Penggulangan Bencana Daerah/BPBD Bogor suka berkunjung ke Curug Cilember. Ada Basarnas juga untuk memastikan prinsip-prinsip mitigasi bencana terpenuhi. Juga ada forum BPDB dan Basarnas, yang selalu memunculkan ide-ide perlunya pelatihan.
Pada masa pandemi COVID-19 ini, memang menjadi ujian terberat bagi Curug Cilember. Tahun 2020, jumlah pengunjung mengalami penurunan tajam. Seiring kemudian dengan dibukanya wisata terutama wisata alam, jumlah pengunjung mulai naik kembali. Puncak kejayaan Curug Cilember ada di tahun 2016 dimana grafik pengunjung mencapai 6 ribu orang per hari. Perubahan perilaku orang berwisata ke arah wisata buatan, turut mempengaruhi grafik jumlah pengnjung di tahun-tahun berikutnya. Puncaknya dampak Pandemi COVID-19 yang menurunkan jumlah pengunjung sangat signifikan.
Kendati demikian, pengelola tetap optimis. Dengan menerapkan SNI ISO dan CHSE, pengunjung kembali berminat untuk melakukan kunjungan ke Curug Cilember. Selain promosi melalui media sosial digencarkan, penerapan protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Seperti menghimbau pengunjung tetap patuh pada protokol kesehatan melalui pengeras suara, melakukan pengecekan suhu, mewajibkan penggunaan masker, dan melarang terjadinya kerumunan dalam area wisata.
Semoga Pandemi COVID-19 segera berakhir, masyarakat bisa kembali dengan leluasa menikmati indahnya Kawasan wisata air terjun Curug Cilember. (DNW)