Pada masa pandemi covid-19, gerak wisatawan nusantara dan mancanegara tidak begitu lincah menyambangi area wisata. Belum lagi adanya pembatasan sosial berskala besar dan ditutupnya akses keluar-masuk Indonesia, menyebabkan penurunan jumlah pengunjung ke tempat-tempat wisata secara drastis.
Berbagai upaya untuk pemulihan pariwisata dengan melakukan sejumlah inovasi dan terobosan terus dilakukan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Kawasan Taman Wisata Kawah Putih yang terus berkomitmen untuk meningkatkan performa dengan terus melakukan pembaharuan di banyak lingkup. Selain inovasi, Kawasan tersebut juga menerapkan SNI dan meraih CHSE.
“Kita lakukan pengembangan produk, salah satunya adalah titik spot selfie, kemudian atraksi-atraksi tambahan. Kita juga ada kerjasama dengan masyarakat, ada wahana panahan, wahana berkuda, dan wahana bermain anak.” ujar Manager Kawah Putih, Muhammad Ari Kurniawan, S.Hut Site.
Di sisi lain, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap para pengunjung serta menarik minat wisatawan, Ari juga menambahkan, bahwa Kawasan Taman Wisata Kawah Putih sudah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), seperti SNI ISO 9001:2015.
“Ketika pengunjung datang, mereka punya pertanyaan, jalurnya sudah jelas. Sudah kami siapkan dengan baik. Kemudian standar fasilitas yang kami pelihara, kami lakukan maintenance. Itu semua dengan sistem yang tertata dengan baik,” tambahnya.
Diakui oleh Ari, upaya menjaga fasilitas di Kawasan Kawah Putih bukanlah satu hal yang mudah. Mengingat banyak fasilitas yang karatan bahkan surak karena terjadinya korosi akibat belerang yang ada di Kawah Putih. Meski begitu, pihaknya akan tetap berusaha maksimal untuk terus menjaga dan memberikan yang terbaik.
“Yang pasti kami menjadi salah satu dari area terapan yang dipercaya oleh pimpinan pusat untuk menerapkan SNI, kami akan berusaha maksimal untuk menyandang ini. Karena yang kami upayakan itu se-Perhutani Raya, bukan hanya sebatas SNI di Kawasan Kawah Putih.” Papar Ari.
Sementara itu, tantangan lainnya adalah menarik wisatawan untuk repeat visit di masa pandemic seperti sekarang ini. Untuk itu, pihaknya pun ikut serta mendukung program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam program CHSE.
CHSE adalah penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan).
Sertifikasi CHSE merupakan sebuah proses pemberian sertifikat kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.
“Mulai dari tempat sampah, dari tenaga kebersihan, thermogun, fasilitas tempat cuci tangan, kemudian dari sisi safety: seperti jalur evakuasi, titik kumpul pengunjung, batas kunjungan di Kawah Putih, berapa lama (durasi kunjungan) di Pusat Kawah, himbauan lisan dan tulisan,” ucap Ari.
Dalam penerapan CHSE, pihaknya terus berupaya untuk menjaga setiap poin yang terkandung di dalamnya, mengingat hal ini sangat penting dan bisa menjadikan masyarakat kembali mau berwisata.
“Harapan kami terus berkelanjutan. Karena memang sertifikasi ini cukup terkenal oleh masyarakat. Mereka akan lebih percaya kalau (tempat wisata, perhotelan) memiliki sertifikat CHSE,” tutup Ari.(IBN)