Bagi seorang Ade Harliyani, Supply Chain Management Manager PT. Bormindo Nusantara, bekerja di perusahaan minyak dan gas (migas), merupakan sesuatu yang tak pernah ia sangka. Pasalnya, ia dulu bersekolah di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tak pernah belajar sedikit pun ilmu tentang migas.
Namun baginya, justru ini menjadi tantangan dan tempat menimba ilmu. Mengelola tim dengan baik serta mengembangkan sistem dan prosedur yang sesuai dengan aturan dan disiplin untuk ditaati, menjadi kunci sukses dalam menjalankan pekerjaan.
“Sejak lulus kuliah, saya bekerja bukan di dunia pertanian. Berganti-ganti perusahaan dari penyedia perangkat komputer, industri rokok, perhotelan, hingga saat ini bekerja di bidang migas,”tuturnya kepada redaksi thequality.id di Jakarta (05/07/2024).
Berganti bidang pekerjaan, baginya bukan merupakan hal yang perlu dikhawatirkan. Sebagai seorang leader, memang dibutuhkan untuk bisa belajar cepat dan memiliki wawasan yang luas.
“Bekerja di perusahaan membutuhkan banyak ilmu dan wawasan untuk menghadapi tantangan perusahaan. Jadi, menjadi pembelajar yang baik dan terus berinovasi adalah salah satu modal yang harus dimiliki oleh seorang leader,”tambahnya.
Apalagi jabatan dirinya sebagai Supply Chain Management Manager yang banyak bertemu dengan orang lain. Kemampuan komunikasi yang baik dan problem solving sangat dibutuhkan.
“Saya bekerja di kantor pusat di Jakarta. Namun, koordinasi dan manajemen di lapangan mencakup seluruh area kerja perusahaan, salah satunya di Duri Kepulauan Riau,”jelas Ade.
Maka dari itu, Ade juga harus memiliki kemampuan mengelola tim agar pekerjaan dan target perusahaan tercapai. Berbagai strategi ia jalankan seperti, melalukan briefing secara rutin dengan anggota tim, menjadi jembatan komunikasi antara anggota tim dengan pihak manajemen, juga termasuk menjadi jembatan komunikasi antara managemen Perusahaan dengan pihak external yaitu rekanan dan vendor. Di samping itu juga membantu anggota tim yang mengalami kendala di lapangan, hingga memberikan pelatihan untuk anggota tim yang baru bergabung.
“Perusahaan kami telah menerapkan ISO 9001 & ISO 45000. Oleh karena itu, mutu dan kualitas produk menjadi hal yang utama. Hal itu bisa terwujud dengan membawa tim mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan dalam dokumen ISO 9001 & 45000 kami,”terang Ade.
Banyak kendala dalam mengelola tim. Misalnya, masih adanya budaya pasif yang menjadikan anggota tim harus dikontrol setiap saat. Konflik diantara anggota tim karena masalah komunikasi. Begitu juga, koordinasi antar anggota tim di lain divisi, juga, kadangkala terjadi.
“Sebagai seorang leader, itu menjadi tantangan. Karena bagaimanapun juga, mengelola anggota tim yang beraneka karakter, tidaklah semudah membalikkan tangan. Namun saya percaya, jika semua itu dikembalikan kepada acuan sistem dan prosedur, semuanya bisa teratasi,”pungkasnya. (DNW)