Terapkan SNI demi konsumen dan alur kerja lebih baik
Berinovasi dan selalu mengedukasi konsumen, telah menjadi bagian dari strategi Suratmin dalam mengembangkan usahanya memproduksi amplang di Bontang. Meskipun SNI Amplang ikan bersifat sukarela, namun baginya, penerapan SNI memberikan manfaat bagi peningkatan kepercayaan konsumen dan cara kerjanya di dalam membangun usaha.
Suratmin, pemilik usaha amplang Barokah, tak menyangka. Selama 10 tahun berusaha mencari nafkah dengan mi ayam baksonya, kini malah menjadi pengusaha amplang yang cukup sukses.
“Kami ini perantau, bagaimana menyikapi keadaan dan di Bontang ini kebetulan hasil lautnya melimpah, maka kami mengolah hasil laut tersebut,”ujar Suratmin.
Tanggal 5 September 2016, Suratmin memutuskan untuk berhenti dengan usaha mi ayam baksonya dan beralih membangun usaha memproduksi amplang. Bersama dengan Kelompok Usaha Sido Mulyo yang bergerak di bidang perikanan, yang kala itu usaha tersebut terus meningkat.
“Tantangan di awal membangun usaha, saya harus mencari modal ke ke sana sini, dan semuanya masih serba minim”tutur Suratmin.
Dengan modal awal hanya 10 juta rupiah, serta semua peralatan, dan omzet yang masih minim, bagi Suratmin mengawali usaha itu tidaklah mudah. Dengan 8 karyawan yang dimilikinya, dia memproduksi amplang dengan menggunakan bahan baku ikan bulan-bulan yang ketika itu jenis ikan ini hampir tidak ada nilainya.
“Pertama membangun usaha, kami menggunakan ikan bulan-bulan yang dulu tidak ada nilainya. Dulu di Bontang ikan jenis ini tidak digunakan, bahkan seringkali dibuang percuma,”tuturnya.
Menggunakan ikan tenggiri sebagai bahan baku amplang, hal itu dianggap Suratmin sudah hal yang wajar. Namun, sebagai bagian dari mitra PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT), dia malah mendapat tantangan dari PKT untuk bisa mengolah dan menggunakan jenis ikan bulan-bulan sebagai bahan baku amplang.
Mengawali usahanya memproduksi amplang, hasil usahanya pun baru bisa dipasarkan di sekitar wilayah tempat produksi. Suratmin belum mengetahui bagaimana menjalankan pemasaran yang bagus.
Namun berkat dukungan dari PKT yang membantunya juga memasarkan amplang Barokah, pemasarannya kian meluas hingga ke seluruh wilayah Kalimantan Timur.
“Awalnya skala produksi kami kecil, yang pemasarannya dilakukan pertama di Bontang. Alhamdullilah, setelah ada mitra-mitra diantaranya PKT, kita dibantu pemasarannya, sudah sampai ke seluruh Kaltim. Kita model reseller, artinya ada yang nyetor-nyetor dari Balikpapan, Samarinda, Sangkulirang, dan sebagainya ”tambahnya.
Dukungan PKT menurutnya sangat luar biasa. PKT membantu dari modal usaha, renovasi rumah produk, termasuk perijinan, sampai pemasaran. Bahkan dalam waktu dekat ini, akan dibantu dikembangkan usahanya agar produk amplang Barokah bisa masuk ke pasar luar negeri.
Terapkan SNI Sukarela
Meskipun usahanya masih skala Usaha Kecil Menengah (UKM), namun semangatnya memproduksi produk yang berkualitas, tidak pernah henti. Hal itu dibuktikan salah satunya dengan menerapkan SNI Sukarela. Padahal menurut pengakuannya, menerapkan SNI juga bukan hal yang mudah. Perlu dukungan mitra dan usaha dari internal usahanya.
“Kami meraih sertifikat SNI Sukarela, SNI Amplang Ikan. Untuk Sistem Manajemen Mutu (SMM), kami selalu mendapatkan dukungan temen-teman mitra di sini sehingga kita dapat menerapkan mutu yang baik, termasuk pengangkutan, produksi, sampai produksi akhir, sesuai yang sudah ditentukan LsPro (Lembaga Sertifikasi Produk, red.),”ujar Suratmin.
Untuk mendapatkan SNI, menurutnya juga tidak mudah, bahkan sangat sulit. Tapi lagi-lagi karena berkat dukungan dari PKT, sehingga ia hampir 1 tahun lebih 2 bulan akhirnya berhasil menyusun sistem dan memenuhi persyaratan mutu sesuai SNI mulai dokumentasi, alur kerja, proses produsi dan sebagainya.
“Tantangan terbesar dalam meraih SNI, adalah minimnya pendidikan, tidak punya pendidikan, kami hanya autodidak, hanya lulus SD (Sekolah Dasar, red.), kita hanya semangat belajar,”terangnya.
Oleh karenanya, untuk menjaga kualitas dan pengetahuan mengenai SNI, Suratmin juga menularkannya ke seluruh karyawannya yang sekarang ini berjumlah 6 orang.
“Mereka kita arahkan untuk kerja sesuai mutunya atau sesuai yang ditentukan. Biasanya kami habis ada event-event, pengalaman yang kita dapat, kita sampaikan ke karyawan kami, kita kumpulkan supaya mereka memahami juga untuk tata cara yang kita terapkan itu,”ujar Suratmin.
Sosialisasi kepada karyawan terhadap hal-hal yang baru atau pengalaman yang didapat Suratmin, menguatkan cara kerja karyawan yang semua proses dan alur pengerjaan amplang, sebetulnya sudah ditentukan Lspro. Contoh suhu towing, suhu freezer sudah ditentukan, maka mereka tinggal mengikuti sesuai itu.
Dengan menghasilkan produk yang sesuai kualitas dan SNI, konsumenpun lebih percaya. Meskipun, mereka tetap harus diedukasi, karena tidak semua konsumen paham SNI apa, sementara orientasi mereka cari harganya murah dan enak.
“Oleh karenanya kita sampaikan bahwa amplang ini sudah SNI, kita jelaskan tentang kandungan protein dan sebagainya, mereka kita edukasi,”terang Suratmin.
Di internal usaha Suratmin, menerapkan dan meraih sertifikasi SNI juga bermanfaat bagi kinerja karyawannya. Sebab, sebelum ber-SNI, diakuinya pengelolaan usaha bisa dibilang amburadul. Namun dengan ber-SNI, maka sekarang ini semakin teratur dan proses tersusun seperti alur yang memudahkan pekerjaan.
Alhasil, kuantitas amplang yang dihasilkannya pun, sekarang mulai meningkat karena kepercayaan publik yang tinggi dan pemasaran semakin meluas. Sesuai latarbelakang pemberian nama Barokah pada Amplangnya agar usahanya mendapatkah barokah.
Produk Amplang Barokah diakuinya memiliki keunggulan dibandingkan amplang lainnya. Rasa Amplang Barokah lebih lembut, lebih gurih, dan lebih enak. “Setiap konsumen yang kita tanya, jawabnya itu. Karena amplang kami murni ikan 100% dan ikan segar,”pungkasnya. (DNW)