Pelantikan Drs. Kukuh S. Achmad, M.Sc sebagai Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada Rabu, 10 Juni 2020 di Gedung B.J. Habibie Jakarta, memiliki arti sendiri. Kukuh dilantik ketika Indonesia dan seluruh dunia tengah bersatu padu melawan pandemi Covid-19. Pandemi yang menyebabkan perekonomian menjadi porak-poranda. Manusia menjadi resah dan mulai sadar akan pentingnya kesehatan dan keselamatan. Dan ini adalah bagian kecil tantangan yang luar biasa yang dihadapi bangsa ini. Belum lagi isu-isu perdagangan global, daya saing UMKM dan personel, serta masalah lingkungan. Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK) diharapkan bisa menjadi jawaban atas segala persoalan yang dihadapi manusia di muka bumi ini.
Begitulah, betapa luasnya lingkup SPK. Oleh karenanya, komitmennya terhadap pengembangan dan penerapan SPK bisa menjadi pekerjaan besar bagi Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang saat ini dipimpinnya. Diantara komitmennya yang disampaikan usai pelantikan yakni, Kukuh ingin melanjutkan cita-cita Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, yaitu melindungi masyarakat Indonesia dalam aspek kesehatan, keamanan dan keselamatan, serta untuk menyehatkan daya saing nasional maupun di pasar global.
Untuk mewujudkan hal itu, beberapa langkah yang akan dilakukan di antaranya dengan strategi merumuskan Standar Nasional Indonesia/SNI dengan fokus merumuskan SNI yang diperlukan untuk perlindungan dan meningkatkan daya saing. Dalam penerapan standar, BSN akan mengenalkan SNI lebih intens lagi kepada UMKM agar semakin mampu bersaing dengan produk luar.
Dalam konteks penilaian kesesuaian, BSN akan memelihara dan meningkatkan pengakuan internasional yang sudah diperoleh BSN di bidang penilaian kesesuaian. Terakhir, Kukuh berharap BSN mampu memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan stakeholder terkait standardisasi dan penilaian kesesuaian. BSN tidak boleh menjadi rantai birokrasi baru yang menghambat daya saing nasional.
“Ketika pertama kali saya diberitahu bahwa mendapat tugas baru sebagai Kepala BSN, tentu cukup kaget. Yang pasti membayangkan tugas dan tanggung jawab yang jauh lebih besar. Sekaligus saya merasa terpanggil untuk menjadikan BSN bisa lebih dirasakan manfaatnya oleh seluruh stakeholder di Indonesia. Untuk itu, dengan tanggung jawab yang baru yang ada di pundak saya, saya mohon doa dan dukungan dari seluruh stakeholder agar saya bisa amanah dan lancar dalam mengemban tugas yang baru ini,” ungkap Kukuh dalam wawancaranya di BSN.
Sebagai lulusan Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada/UGM tahun 1989, Kukuh mengawali episode kehidupan dengan bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Waktu itu belum terbentuk Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tempatnya bekerja adalah laboratorium penguji mutu hasil perikanan. Kukuh banyak belajar mengenai persyaratan (standar) mutu dan keamanan produk pangan, terutama produk perikanan.
Setelah 8 tahun bekerja di laboratorium perikanan, Kukuh mendapat kesempatan untuk bergabung dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) di tahun pertama didirikannya BSN. Tugasnya pertama adalah mengembangkan akreditasi laboratorium pengujian yang menjadi cikal bakal dioperasikannya akreditasi laboratorium oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Selama lebih dari 20 tahun bekerja di BSN, Kukuh mendapat tugas dan tanggung jawab yang cukup bervariasi dan mencakup hampir semua tugas utama BSN, dari tugas terkait pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI), tugas untuk mendorong penerapan SNI oleh dunia usaha, tugas mengelola akreditasi lembaga penilaian kesesuaian (LPK) sampai tugas lainnya seperti mengelola kerjasama internasional di bidang SPK.
Beberapa pengalaman kerja, sekaligus tempat pembelajaranya, diantaranya:
- Tahun 2008 dan tahun 2010 memimpin sidang Codex Asia yang dihadiri oleh hampir seluruh negara Asia yang menjadi anggota Codex Alimentarius Commission (organisasi standardisasi pangan dunia di bawah PBB) yang memberikan pengalaman tentang bagaimana cara mengakomodasi kepentingan-kepentingan banyak negara yang mempunyai potensi dan permasalahan yang berbeda-beda di bidang pangan.
- Tahun 2013 menjadi Ketua Tim Penyusun Buku “Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025” yang memaksanya untuk memandang BSN jauh kedepan.
- Menjadi salah satu Anggota Technical Management Board (TMB) di ISO yang Beranggotakan 14 Orang yang Mewakili 163 Negara Anggota ISO pada periode 2012-2014 yang memberikan pembelajaran yang sangat berharga dalam hal pengembangan standar internasional.
- Menjadi Ketua Asean Consultative Committee for Standard and Quality (ACCSQ) pada tahun 2015 dan berkesempatan memimpin penyusunan Asean Standards and Conformance Strategic Plan 2016-2025 yang bertepatan dengan dimulainya Asean Economic Community.
Awal masa jabatannya di tengah wabah covid-19 ini, juga merupakan tantangan tersendiri bagi Kukuh dan BSN untuk secara disiplin menerapkan protokol kesehatan selama masa pembatasan untuk melakukan pertemuan secara fisik, baik internal BSN maupun pertemuan dengan para stakeholder BSN sebagai pemanfaat utama (beneficiary) SPK yang dikelola oleh BSN.
Menghadapi tantangan tersebut, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi pilihan utama. Rapat-rapat koordinasi internal di BSN dan dengan pihak luar untuk sementara semaksimal mungkin dilakukan secara virtual. BSN tetap focus untuk dapat mencapai target kinerja tahun 2020 sebagaimana yang sudah ditetapkan di awal tahun. Setelah kurang lebih 3 bulan melakukan Work From Home (WFH), BSN tetap melakukan pembinaan SDM SPK secara nasional yang dilakukan melalui sosialisasi SNI-SNI yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat secara virtual melalui kegiatan webinar.
Dalam era kenormalan baru, BSN terus mendorong peningkatan penerapan SNI oleh para pelaku usaha dan stakeholder lainnya. Pembinaan melalui fasilitasi dunia usaha, terutama UMKM, terus dilanjutkan dengan metode virtual. Di bidang akreditasi yang tugasnya memelihara kompetensi LPK, BSN melalui KAN telah mengimplementasikan terobosan baru dengan melakukanremote assessment (asesmen jarak jauh) yang dapat menghindari kontak fisik secara langsung.
Di bidang layanan kalibrasi untuk memastikan ketertelusuran semua pengukuran di Indonesia ke Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), BSN segera akan segara menerbitkan panduan untuk memastikan kebutuhan ketertelusuran pengukuran secara nasional akan tetap dapat dipenuhi.
Saat ini hampir semua organisasi internasional di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dimana BSN menjadi anggota dan aktif di dalamnya, telah mengalihkan semua pertemuan fisik menjadi pertemuan virtual. Untuk itu BSN tetap aktif berpartisipasi menyuarakan kepentingan Indonesia, baik di forum-forum pengembangan standar internasional seperti ISO, forum internasional di bidang penerapan standar dan penilaian kesesuaian seperti di TBT WTO, forum internasional di bidang akreditasi IAF dan ILAC maupun forum kerjasama internasional di bidang metrologi (pengukuran) APMP dan BIPM.
Sebagai pimpinan BSN yang baru, Kukuh pun juga menetapkan prioritas BSN ke depan. Yang pertama adalah umpan balik (feedback) dari para stakeholder dengan memperbaiki beberapa hal penting yang terkait dengan tata kelola di bidang pengembangan SNI, pembinaan pelaku usaha, akreditasi dan layanan kalibrasi. Tujuannya adalah agar BSN bisa memberikan respon atau solusi secara tepat waktu kepada para stakeholder, sehingga dunia usaha diharapkan dapat memanfaatkan peluang pada waktu yang tepat tanpa harus kehilangan kesempatan (momentum).
Kemudian menetapkan sektor yang akan menjadi prioritas lima tahun kedepan, yangmana BSN tentu tetap akan mengacu kepada sektor-sektor yang menjadi prioritas di RPJMN 2020-2024. Misalnya terkait dengan pengembangan industri 4.0, BSN akan memfasilitasi hal-hal yang terkait dengan standar dan penilaian kesesuaian untuk mendukung 5 sektor prioritas yang telah ditetapkan secara nasional, yaitu makanan dan minuman, kimia, tekstil, elektronika dan otomotif.
Dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional pasca pandemic Covid-19, BSN akan terus memfasilitasi penyediaan SNI dan pendampingan penerapannya yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha dalam upaya untuk mempertahankan produktivitas dan menaikkan daya saing mereka. BSN melalui Komite Akreditasi Nasional/KAN akan tetap memelihara kompetensi LPK yang dibutuhkan dalam proses-proses pengujian dan sertifikasi barang dan jasa yang pada akhirnya akan digunakan oleh masyarakat.
Dalam penanganan Covid-19, BSN telah melakukan inisiatif-inisiatif yang langsung berhubungan dengan aspek kesehatan. Beberapa diantaranya adalah penyediaan SNI untuk alat kesehatan yang di masa pandemi sangat dibutuhkan seperti ventilator dan alat pelindung diri (APD), menyediakan informasi mengenai laboratorium yang sudah diakreditasi oleh KAN dan memiliki potensi untuk melakukan pengujian Covid-19, melakukan pendampingan pengujian dan kalibrasi ventilator ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta, dan lain-lain.
Target sampai dengan akhir tahun adalah fokus pada pencapaian target 2020 seperti yang sudah ditetapkan di awal tahun. Diantaranya adalah penyusunan SNI sesuai kebutuhan stakeholder, pendampingan dunia usaha dan meningkatkan jumlah LPK yang diakreditasi. Di tahun 2021 akan sangat berkaitan dengan fase lanjutan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. Untuk itu salah satu yang menjadi prioritas adalah pembinaan UMKM untuk bisa tetap produktif.
Kukuh meyakini peribahasa “Barang siapa menanam pasti akan menuai”. Dalam pemahamannya, intinya adalah dalam hidup ini kalau kita melakukan hal-hal yang mengarah ke kebaikan, maka akan datang dengan sendirinya hal yang sama kepada kita. Demikian juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu sebetulnya cita-cita Kukuh juga sederhana, hanya “ingin menjadi orang baik” dengan mencoba untuk selalu jujur, bertanggung jawab, disiplin dan peka (care) terhadap lingkungan sekitar.
Selamat Bertugas Drs. Kukuh S. Achmad, Msc!